2.1 Kata
Dasar
Kata yang berupa dasar ditulis sebagai
satu kesatuan.
Misalnya :
• Ibu
percaya engkau tahu
• Kantor
pajak penuh sesak
2.2 Kata Turunan
- Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkaian dengan kata dasarnya.
Misalnya : bergetar
dibiayai
diperlebar
- Awalannya atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahului jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata.
Misalnya : bertepung tangan
garis bawahi
- Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata sekaligus mendapat awalan dan akhiran, maka kata-kata ini ditulis serangkai.
Misalnya :
memberitahu
Mempertanggung
jawabkan
- Kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya : amoral
antarkota
antikomunis
2.3 Kata Ulang
Bentuk ulang
ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya : anak-anak
berjalan-jalan
buku-buku
2.4 Gabungan Kata
- Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, bagian-bagiannya umumnya ditulis terpisah.
Misalnya : duta
besar
kambing hitam
2. Gabungan
kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah baca, dapat
diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian diantara unsur ang
bersangkutan..
Misalnya : alat
pandang-dengar
buku sejarah baru
- Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata di tulis serangkai.
Misalnya: apabila
2.5 Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan
kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu, dan –nya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya : apa yang
kumiliki boleh kuambil
2.6 Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke,
dan dari ditulis berpisah dari kata mengikutinya, kecuali di dalam gabungan
kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya : adiknya
pergi ke luar negeri
Bermalam sajalah
di sini.
2.7 Kata Si dan Sang
Kata si dan sang
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya : harimau
itu marah sekali kepada sang Kancil
Surat itu
dikirimkan kembali kepada si pengirim
2.8 Partikel
- Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya : Apakah
yang tersirat dalam surat itu?
Bacalah buku itu
baik-baik.
2. Partikel
ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya : Apa pun
yang dimakannya, ia tetap kurus.
3. Partikel
per yang berarti mula, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagian-bagian
kalimat yang mendampingi.
Misalnya : Harga
kain itu Rp 2.000, 00 per helai
2.9
Angka dan Lambang Bilangan
1.
Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau
nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka arab dan angka Romawi. Pemakaian
diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.
Angka : 0, 1, 2, 3, 4, 5,
6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L, C, D, M.
2.
Angka digunakan untuk menyatakan ukuran panjang,
berat, dan isi, satuan waktu, dan nilai uang.
3.
Angka lazim dipakai untuk menandai nomor jalan,
rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
4.
Angka digunakan jug a untuk menomori karangan
atau bagiannya.
5.
Penulisan lambang bilangan huruf dilakukan
sebagai berikut.
a.
Bilangan utuh
b.
Bilangan pecahan
6.
Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan
dengan cara yang berikut.
7.
Penulisan kata bilangan yang dapat akhiran –an
mengikuti cara yang berikut
8.
Lambang bilangan yang dinyatakan dengan satu
tatu dua kata ditulis dengan huruf kecuali beberapa lambang bilangan dipakai
secara berurutan seperti dalam pemerincian dan pemaparan.
9.
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis
dengan huruf. Jika perlu, susunan kalmat diubah sehingga bilangan yang tidak
dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat lagi pada awal
kalimat.
10.
Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar
dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
11.
Kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan
kuitansi, bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam
teks.
12. Kalau bilangan dilambangkan dengan angka dan
huruf penulisannya harus tepat.
Komentar
Posting Komentar